Tugas guru sebagai salah satu bagian terpenting dari ekosistem sekolah bukan hanya sebatas mentransmisikan pengetahuan pada murid-murid.
Dosen filsafat UI, Dr Donny Gahral Adian, SS, MHum menyatakan tanggung jawab guru tidak semata-mata mengajar atau hanya untuk melaksanakan kewajiban sesuai yang dituntut oleh sekolah.
Namun mau tidak mau sang pendidik juga harus bertindak atau berperan sebagai suri teladan dan pedoman perilaku bagi murid-murid.
“Nah kalau guru hanya dipandang sebagai transmitter pengetahuan maka dia tidak dilihat sebagai suri teladan itu ya. Seberapa banyak guru yang kemudian menjadi teladan bagi murid-muridnya? Menjadi pedoman perilaku,” ujar Donny dalam Podcast Bung Karno Series, Bulan Bung Karno BKN PDI Perjuangan yang dikutip, Jumat (30/6/2023).
Donny melanjutkan, “Apakah sang guru mencontohkan kepada anak didiknya untuk membantu orang lain?”. Menurut Donny, rasa empati dan simpati para murid bisa bertumbuh jika ada keteladanan dari guru.
“Karena yang kita tahu, anak murid sehari-hari lebih banyak berinteraksi dengan gurunya di sekolah. Mereka butuh mendapatkan nilai-nilai empati tersebut dari guru yang mengajar di sekolah,” katanya.
Selain itu, ia juga berpandangan untuk pendidikan harus ada kebijakan negara yang bersifat top down soal kurikulum. Negara menurutnya harus merumuskan kurikulum inti dengan bersendikan pada Pancasila sebagai ideologi pendidikan.
Baca Juga : Mendikbud Nadiem Apresiasi Buku Kisah Inspiratif Pendidikan Vokasi
“Pancasila itu bukan semata-mata kita bikin satu mata ajaran baru ya, tapi nilai-nilai Pancasila itu adalah nilai harus ada di seluruh mata ajaran. Agar ketika kita punya pengetahuan, maka pengetahuan itu diabdikan untuk kepentingan orang banyak,” ujarnya.
“Karena sekarang kita lihat ya, setiap sekolah kemudian merumuskan kurikulumnya sendiri dan akhirnya sekolah-sekolah yang tadi hanya mengejar output berupa tadi, orang-orang cerdik atau orang-orang cerdas yang tidak memiliki nilai-nilai kemanusiaan.”
Donny juga mengingatkan pendidikan tidak boleh semata-mata mencetak tenaga kerja. Menghasilkan tenaga kerja artinya mencetak orang yang bekerja pada orang lain untuk menghidupi dirinya sendiri.
Namun pendidikan harus mencetak insan Pancasila yang mau bekerja dan menyumbangkan pengetahuan untuk harkat martabat orang banyak sesuai dengan cita-cita Proklamasi.
“Nah kalau ini sudah dirumuskan, (kurikulum) mau dilabeli apa saja tidak ada masalah. Jangan kemudian kita berhenti di label-label saja tapi isinya nggak diurus,” ujar Donny.